Hasil kuisioner Persma ITB

Tingkat popularitas beberapa tokoh di KM ITB.

Penyambutan mahasiswa baru ITB

Sebuah spanduk yang terpampang di depan jam gadang ITB, untuk menyambut mahasiswa baru.

Jumat, 25 April 2014

Diskusi Pasca Pileg: Saatnya Mahasiswa Berperan Menentukan Arah Baru Indonesia


ITB, Bandung – Pers Mahasiswa ITB bekerja sama dengan Bandung Strategi Leadership Forum akan menyelenggarakan diskusi pasca pemilu legislatif pada Sabtu (26/04/14) di Ruang Multimedia Lantai 4 Perpustakaan Pusat Kampus ITB Ganesha. Tema yang diangkat pada diskusi ini adalah “Arah Baru Indonesia”. Acara akan dimulai pada pukul 08.30 dan akan berlangsung sampai pukul 12.30. Diskusi ini tidak memungut biaya pendaftaran, terbuka untuk umum, tetapi terbatas hanya untuk 150 pendaftar pertama. 

Sosok yang akan menjadi moderator diskusi adalah Sekjen KM ITB periode 2006-2007, Jalu Pradhono, S.T., M.T.. Panitia akan menghadirkan enam pembicara yaitu Faisal Basri, S.E., M.A. (Ekonom, Peneliti Indonesia Researh and Strategic Analysis), Dr. Arry Bainus, M.A. (Dosen FISIP Unpad), Ridwansyah Yusuf Achmad, ST.,MA (Peneliti INSTRAT dan SAPPK ITB), Ir. Rully Chairul Azwar, M.Si. (Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar), Maruarar Sirait, S.IP. (Anggota DPR RI Fraksi PDIP), dan Ferry Joko Juliantono, SE.Ak, M.Si (Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra). Pembicara berasal dari kalangan akademisi dan politisi. Para politisi yang datang dari berbagai latar belakang partai politik diharapkan bisa memberikan pandangan berbeda-beda mengenai gagasan arah bangsa ke depannya. Komposisi pembicara tersebut diharapkan dapat memberikan wawasan bagi peserta yang ditinjau berdasarkan sudut pandang pengamat dan pemain dalam politik Indonesia tahun ini hingga lima tahun ke depan.

Pers Mahasiswa ITB sebagai penyelenggara kegiatan pada dasarnya berniat menciptakan ruang diskusi yang amat terbuka. Usaha ini dicoba dengan mengundang banyak politisi dari berbagai latar belakang. Akan tetapi, hanya ketiga politisi yang tersebutlah yang menyanggupi untuk hadir di ITB pada tanggal 26 April.

Diskusi ini bukanlah media kampanye, melainkan wahana untuk saling mengkritisi dan memberi solusi untuk Indonesia yang lebih baik. Bersesuaian dengan UU 40/1999 Tentang Pers pasal 6, diadakannya diskusi ini diharapkan dapat menjadi media yang berimbang untuk menegakkan nilai- nilai dasar demokrasi bagi mahasiswa. Mahasiswa yang sudah memiliki hak pilih seharusnya memiliki peran dalam melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum yang dalam konteks ini berkaitan dengan pembentukan Indonesia periode mendatang. (Wid/MLP)

 

Kamis, 17 April 2014

Jokowi Batal Berikan Kuliah Umum di Aula Timur ITB



 
Meja absensi KU-4078 Studium Generale di Aula Timur ITB

ITB, Bandung – Aula Timur Kampus ITB Ganesha dipenuhi oleh mahasiswa yang ingin mengikuti Studium Generale (Kuliah Umum) dari Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta, pada Kamis (17/04/14) siang. Tokoh yang akrab disapa Jokowi ini baru saja menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Rektor ITB, Prof. Akhmaloka, mengenai kerja sama pihak pemerintah DKI Jakarta dengan ITB untuk membangun tata kota dan pariwisata yang lebih baik ke depannya. Para peserta kuliah umum harus menunggu sampai pukul 13.40 hingga akhirnya Jokowi yang didampingi Prof. Akhmaloka memasuki ruangan dan langsung berdiri di atas podium. 

Sebelum memasuki ruangan, rombongan Jokowi dan Prof. Akhmaloka sempat dihadang oleh massa kampus yang melakukan aksi penolakan terhadap politisasi kampus. Massa kampus ingin menunjukkan sikap netral dan tidak ingin ada unsur-unsur politik yang dibawa ke dalam ranah akademik ITB. Mobil Jokowi akhirnya harus memasuki kampus bukan dari gerbang utama, melainkan dari arah rumah dinas rektor ITB.

Prof. Akhmaloka menyapa hadirin pertama kali dengan salam. “Kita baru saja, tadi, menandatangani MoU dan akhirnya apa? Beliau (Jokowi-red) mungkin akan menyampaikan sepatah dua patah kata saja,” ucapnya, “Adik-adik (peserta kuliah umum-red) sudah pada datang kesini jadi baik untuk say something. Kita profesional disini ya. Sebetulnya mau membicarakan pembangunan Jakarta tetapi ya mungkin kepala kita bisa beda, pandangan kita bisa beda. Jadi, saya kira saya persilahkan Pak Gubernur say something about Jakarta kepada adik-adik sekalian.”

Lalu, mengenakan kemeja Batik bermotifkan burung Garuda, Jokowi maju ke podium. Jokowi tampak santai dan tetap tenang walaupun di luar Aula Timur beberapa mahasiswa masih menggelar aksi dan meneriakkan “Kampus Netral Harga Mati”.

“Saya disini diundang untuk memberikan kuliah umum tetapi karena ada yang pro, ada yang kontra, saya kira kita memang di negera demokrasi. Yang seneng saya silahkan, yang tidak seneng saya juga silahkan,” tukas Gubernur DKI Jakarta yang juga merupakan mantan walikota Solo ini, “Saya tidak mau membuat polemik di sini. Mohon maaf, saya tidak bisa memberikan kuliah umum hari ini.”

Joko Widodo berbicara di podium hanya lebih kurang lima menit

Para peserta kuliah umum, terutama mahasiswa yang terdaftar di mata kuliah Studium Generale cukup kecewa dengan keputusan Jokowi untuk tidak memberikan kuliah umum. Saat diklarifikasi tentang alasannya hadir hari ini dan membatalkan kehadirannya di kuliah umum tanggal 12 Maret 2014 termasuk undangan-undangan sebelumnya, Jokowi pun berujar kepada tim reporter Ganeca Pos, “Saya kan sudah diundang tiga kali. Ya karna kesibukan saya juga kan.” Sedangkan saat ditanyakan kepada Prof. Akhmaloka, beliau menjawab singkat, “Kemaren itu kan Pak Jokowi dipanggil Bu Mega.”

Sesaat setelah Jokowi dan Prof. Akhmaloka meninggalkan kampus, Mohammad Jeffry Giranza selaku Presiden KM-ITB periode 2014-2015 memberikan klarifikasi kepada hadirin yang berada di dalam Aula Timur. Dengan membawa surat pernyataan “Sikap Keluarga Mahasiswa ITB Terkait Momentum Kedatangan Joko Widodo di Kampus Ganesha”. Isi dari surat pernyataan tersebut telah kami muat sebelumnya di artikel “Jokowi Datang ke ITB: Mahasiswa Tolak Politisasi Kampus”.

“Kami disini atas nama KM-ITB, saya berbicara atas nama mahasiswa ITB, bahwa kami menolak politisasi kampus dan kami tidak memihak kepada pihak manapun,” tegas Jeffry, “Saya tidak mau nanti ataupun besok ada headline di koran ataupun di media massa yang tiba-tiba mengklaim ITB apakah itu mendukung atau menolak terkait kehadiran Bapak Joko Widodo.”

Dimintai komentarnya tentang keputusan Jokowi membatalkan kuliah umum, Jeffry memiliki opini sendiri, “Bagi saya, keputusan yang Beliau ambil itu yang paling tepat.” Menurutnya, saat itu bukanlah momen yang tepat untuk Jokowi hadir secara pribadi setelah mendeklarasikan pribadinya sebagai capres walaupun disini ia hadir sebagai Gubernur DKI Jakarta. Jeffry pun menutup orasinya dengan memimpin seluruh massa kampus yang hadir untuk mempersembahkan Salam Ganesha: “Bakti kami untukmu Tuhan, bangsa, dan Almamater. Merdeka! Merdeka! Merdeka!” (MLP)

Rabu, 16 April 2014

Jokowi Datang ke ITB: Mahasiswa Tolak Politisasi Kampus


Spanduk yang terpasang di pertigaan Jalan Ir. H. Juanda dan Jalan Ganesha, seberang RS Santo Boromeus pada pukul 08.00

ITB, Bandung - Joko Widodo (Jokowi), Gubernur DKI Jakarta sekaligus calon presiden yang diusung salah satu partai politik, direncanakan hadir pada hari ini, Kamis,17 April 2014 di ITB. Kehadiran Jokowi adalah untuk menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan ITB mengenai kerja sama kedua belah pihak dalam masalah Tata Kota dan Pariwisata di Jakarta. Pernandatanganan MoU ini kemudian dilanjutkan dengan Studium Generale di Aula Timur ITB. Datangnya Jokowi ke kampus ITB di hari ke-83 sebelum Pemilihan Umum Presiden RI mengundang penolakan dari mahasiswa ITB.

Menurut Direktur Hubungan Masyarakat dan Alumni, Dr.Marlia Singgih, diundangnya Jokowi dalam Studium Generale kali ini sudah sejak lama direncanakan. Undangan mengenai penandatanganan MoU sudah diberikan sejak bulan November 2013. Bahkan Studium Generale pada awalnya akan dilangsukan pada tanggal 12 Maret 2014. Akan tetapi, saat itu pihak Jokowi secara mendadak membatalkan agenda tersebut. Baru di bulan April ini, setelah diumumkan sebagai salah satu calon presiden yang akan berlaga dalam Pilpres, Jokowi memberikan konfirmasi kepada pihak ITB untuk bisa menandatangani perjanjian kerja sama.

Mohammad Jeffry Giranza selaku Ketua Kabinet KM-ITB terpilih menyatakan keheranannya atas kedatangan Jokowi kali ini. Selain karena Jokowi hadir di masa yang mendekati kampanye calon presiden, materi Studium Generale kali ini juga tidak terpublikasikan dengan baik. Jika berjalan sesuai rencana, seharusnya Jokowi akan berbicara dalam kapasitas sebagai Gubernur DKI Jakarta terkait MoU yang telah ditandatangani. "Seharusnya jika hanya penandatanganan MoU, Studium Generale bisa saja tidak dilaksanakan," ujar Jeffry

Terkait kedatangan Jokowi kali ini, Kabinet KM ITB mengeluarkan tiga sikap:
  1. Menolak segala atribut kampanye masuk ke Kampus ITB masuk ke Institut Teknologi Bandung dikarenakan hal ini berpotensi mempolitisasi Lembaga Pendidikan ITB. Selain itu, hal ini juga melanggar Aturan KPU mengenai larangan pemasangan atribut kampanye di beberapa tempat khusus
  2. Menolak segala bentuk politisasi terhadap lembaga pendidikan Institut Teknologi Bandung dan segala entitas di dalamnya
  3. KM ITB menyatakan tidak berpihak kepada pihak/calon presiden manapun untuk Pemilu RI 2014
 Kabinet KM ITB juga mengajak seluruh massa kampus untuk berpartisipasi menjaga kampus dari segala atribut kampanye dengan mendokumentasikannya dan melaporkan ke akun twitter @KM_ITB. (AA)

Publikasi terkait Studium Generale





Minggu, 30 Maret 2014

Penghitungan Suara Batal, Pemira Molor

Perhitungan suara Pemira KM ITB yang semula dijadwalkan pada hari Jumat, 28 Maret 2014 terpaksa dibatalkan. Hal ini dikarenakan ada 18 lembaga yang belum memenuhi ketentuan 1/2n+1 memilih sebagai syarat dilaksanakannya perhitungan. Hari Minggu, 30 Maret lalu Kongres KM ITB telah mengambil keputusan untuk memperpanjang masa pemungutan suara hingga suara yang masuk mencapai 1/2n+1 dari masing-masing lembaga.
Hingga hari Jumat 28 Maret 2014, terhitung baru 6.967 massa KM ITB yang menggunakan hak pilihnya dari total 14.172 pemilih yang terdaftar di DPT. Hanya 25 lembaga yang lebih dari setengah massanya telah menentukan Ketua Kabinet dan MWA WM pilihan mereka. Sementara massa IMA-G, IMG, KMSR, NYMPHAEA, MTM, HMIF, HME, KMKL, HMT, AMISCA, HMM, HMS, HIMAFI, HIMATIKA, KMSBM, MTI, dan TPB FSRD yang telah memberikan suaranya belum mencapai 50 persen.  
Hal ini menyebabkan berakhirnya Pemira belum dapat dipastikan waktunya. Pemungutan  suara sendiri telah diundur selama beberapa minggu akibat pencerdasan yang belum tuntas. Molornya Pemira tentu akan menghambat regenerasi Kabinet dan MWA WM.  
Di sisi lain, kebutuhan akan pergantian MWA WM sendiri sebenarnya cukup mendesak mengingat akan diselenggarakannya pemilihan rektor yang melibatkan MWA. Nama MWA WM baru harus segera didaftarkan ke MWA. MWA Wakil Mahasiswa akan menjadi corong suara mahasiswa dalam memilih pengganti Prof. Akhamaloka.  
M. Ibrahim Al-Muwahidan selaku kepala divisi Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemira mengaku kecewa dengan gagalnya penghitungan suara yang dijadwalkan selesai pada Jumat malam lalu. "Bahkan seharusnya PPS sudah selesai dilaksanakan sebelum UTS," ujarnya. Menurut Ibrahim, Panpel dan Kongres harus berusaha keras ke depannya apabila masa pemungutan suara dilaksanakan kembali. "Entah dengan bantuan senator untuk membuka TPS di spot-spot tambahan yang sekiranya sulit untuk (mencapai) 1/2n+1 atau waktu operasional di TPS yang diperpanjang sehingga bisa lebih banyak yang nyoblos," gagas mahasiswa STI angkatan 2012 ini.  

Ia berharap seluruh massa kampus bisa ikut andil dalam pemira. Massa kampus telah meminta standar tinggi dalam keberjalanan Pemira melalui TAP025 Kongres namun dalam pelaksanaannya memang masih belum sempurna. "Bagaimanapun Panpel butuh partisipasi massa kampus juga.” (AA)

Sabtu, 01 Maret 2014

Rochenry: Optimisme untuk KM-ITB

ITB, Bandung, sedang diramaikan dengan kampanye calon-calon Presiden KM ITB yang memasuki minggu terakhir. Masing-masing calon membawa ideologi atau pemikiran yang berbeda-beda; Jeffry (GEA ’10) dengan nasionalismenya, Adit (FI ’09) dengan kampus islaminya, dan Rochenry (AE ’10) dengan semangat optimisme. Tampil berbeda dengan slogan-slogan yang lebih sederhana dan ramah, Rochenry ingin membawa semangat baru di dalam KM-ITB.

Malu dengan sejarah Indonesia, pria kelahiran Jakarta, 28 November 1992 ini sadar bahwa arus kemahasiswaan Indonesia kini telah berubah. Dulu, mahasiswa menantam rezim yang mengekang, sedangkan sekarang ruang gerak mahasiswa jauh lebih mudah. Menurut Ochen, begitu panggilan akrabnya, kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengembangkan minat masing-masing. Dalam mengembangkan minat tersebut, akan terbentuk forum-forum atau organisasi kemahasiswaan yang beraneka ragam. Setiap organisasi tersebut dalam menjalankan fungsi dan kegiatannya harus saling bertolerasi sebagai satu Keluarga Mahasiswa (KM) ITB. Apapun lembaganya, baik itu unit maupun himpunan, semuanya harus mampu berkolaborasi untuk membangun generasi yang konstruktif (membangun). “Mahasiswa jangan sampai bersifat destruktif, hanya menuntut tidak memberi atau berkontribusi untuk sesama,” ucap Ochen.

Dengan visi “KM-ITB sebagai wahana berbagi kebahagiaan dan inspirasi hebat untuk Indonesia”. Ochen yang merupakan Ketua KMPN 2013-2014 ingin menjadikan KM-ITB sebagai tempat dimana semua unsur lembaga kemahasiswaan saling dekat satu sama lainnya dan juga dekat dengan masyarakat. “Wahana  berarti bahwa di KM-ITB itu banyak sarana dan disini semua unsur saling berbagi yaitu saling support,” jelas Ochen. Untuk mewujudkan visi tersebut, Ochen merancang tiga misi yaitu KM-ITB yang dekat, KM-ITB yang kuat, dan KM-ITB ynag hebat.

Apa yang dimaksud dengan ‘dekat’? Ochen menjelaskan bahwa Kabinet KM-ITB harus dapat merangkul semua lembaga kemahasiswaan di ITB dengan semangat kekeluargaan. Ia ingin mengoptimalkan fungsi forsil (forum silaturahim) yang benar-benar menjadi forum yang menambah kedekatan antar lembaga. Ochen pun punya pemikiran yang unik tentang keberjalanan forsil ke depannya, “Ya, kalau bisa kayak bapak-bapak ketua RT pada rapat. Saling tanya kabar, sambil ngopi, benar-benar kekeluargaan. “ Selain itu, KM-ITB harus dekat dengan masyarakat dan menjaga hubungan yang harmonis dengan penduduk sekitar kampus.
Misi yang kedua yaitu KM-ITB yang ‘kuat’ ingin ditunjukkan dalam hal karakter mahasiswa dan advokasi kampus. OSKM, mentoring, dan pelatihan strategi sukses pasca kampus adalah program-program kerja yang akan dioptimalkan fungsinya untuk membangun karakter mahasiswa yang kokoh dan tangguh sampai nanti ketika telah lulus dari ITB. 

Sedangkan untuk ‘hebat’, Ochen ingin mengapresiasi orang-orang yang telah berkarya selama berkuliah di ITB dengan mempublikasikan karyanya di dalam maupun di luar kampus agar dapat mengedukasi masyarakat Indonesia. Isu yang menarik perhatian Ochen adalah terkait dengan ASEAN Eonomic Community (AEC). Ochen menaruh perhatian khusus pada isu ini karena mulai tahun 2015 nanti lulusan ITB akan mengarungi arus persaingan tidak hanya berskala nasional, tapi sudah bersaing di level internasional di negeri sendiri.  Untuk itu, Ochen merancang sebuah program yaitu Wahana Ganesha sebagai acara untuk memotivasi mahasiswa ITB untuk berkarya sesuai dengan bidangnya dan akan dipamerkan dalam wahana tersebut. Dalam proses perancangan dan pembuatan karya tersebut, mahasiswa direncanakan dapat dibimbing oleh kalangan profesional untuk membangun kerja sama dan hubungan yang harmonis antara akademisi ITB dengan berbagai lembaga keprofesian. 

Salah satu program yang menarik dari calon Presiden KM-ITB nomor urut 1 ini adalah diskusi kebangsaan yang akan mengundang calon presiden Republik Indonesia ke kampus ITB. Ochen pun ingin mengadakan sayembara “1001 Gagasan untuk Indonesia” terbuka untuk mahasiswa ITB. Gagasan-gagasan terpilih akan dibukukan dan nantinya akan diberikan kepada capres yang dihadirkan pada diskusi kebangsaan tersebut.

Ditanya tentang apa yang menjadi keunggulan dirinya dibandingkan dengan calon nomor urut 2 dan 3, Ochen menjawab dengan singkat, “Saya membawa semangat optimisme untuk KM-ITB yang lebih bahagia dan saya mengenal masa kampus dari grass-root sampai elitis.”

Oleh : Mega Liani Putri, FTSL 2013.

Selasa, 18 Februari 2014

Bisma Gugat Panpel PEMIRA KM-ITB

ITB, Bandung - Ahmad Bismillahi Normansyah (AS'10) menggugat Panitia Pelaksana Pemilu Raya (Panpel Pemira) KM-ITB, Kongres, dan Panitia pengawas pemilu (Panwaslu). Ia merasa terdapat cacat hukum atas keputusan yang diambil panpel sehingga menyebabkan dirinya gugur dalam helatan Pemira 2014. Gugatan ini disampaikan pada hari Jumat, 14 Februari 2014  tepat ketika verifikasi berkas bakal calon dilakukan di basement Campus Center Barat.

Bisma memang menjadi bakal calon terakhir yang mengambil formulir pendaftaran calon Ketua Kabinet KM-ITB. Ia menjadi pendaftar kelima setelah M. Jeffry G. (GL’10), Aditya R. (FI’09), Rochenry (AE'10), dan Yayang Luthfiana R. (STF'10). Akibat masih menjabat sebagai Ketua Himpunan Astronomi (Himastron), Bisma baru bisa mendaftar pada hari Senin pukul 11 siang. "Bukan berarti saya tidak niat ketika saya mengambil berkas," ulasnya.

Tidak dikumpulkannya berkas menjadi alasan gugurnya Bisma. "Karena memang belum selesai, saya dan tim memutuskan untuk tidak mengumpulkan." Menurutnya hal yang bisa membuatnya gugur adalah apabila terdapat minimal 2 orang calon yang berkasnya telah memenuhi persyaratan. Akan tetapi, ketika tidak terdapat satu pun berkas bakal calon yang lengkap pada hari Selasa, 11 Februari 2014, panpel hanya memperpanjang waktu pengumpulan berkas bagi 4 orang calon saja.

Menurut Muhammad Bima Arrahman (SI’11), ketua Panpel Pemira KM ITB 2014 yang diwawancarai pada hari Selasa, tidak ada tindak lanjut atas gugatan yang dilayangkan Bisma karena pada saat itu Bisma terhitung hanya melakukan protes biasa kepada Panpel. Tindakan yang diambil oleh Panpel telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Tap Kongres KM ITB 2013-2014 nomor 026 Tahun 2014 tentang Pengesahan Tata Cara Pemilu Raya KM ITB 2014 pada pasal 4.4 yang berbunyi, “Bakal Calon Ketua Kabinet KM-ITB atau MWA-WM ITB 2014/2015 yang tidak mengembalikan dan melengkapi persyaratan sampai batas waktu yang telah ditentukan dalam tata cara pengembalian berkas pendaftaran, dianggap mengundurkan diri dari pencalonan.” Namun hal ini didebat oleh Bisma karena pada pengumpulan yang pertama tidak ada satu pun bakal calon yang melengkapi persyaratan, dengan demikian semua bakal calon seharusnya gugur.

Sampai saat ini Panpel tidak mengubah keputusannya. Tiga orang dinyatakan lolos sebagai calon Ketua Kabinet KM-ITB, yaitu Rochenry, Jeffry, dan Aditya. Ketiga calon akan beradu gagasan mulai hari ini, Selasa, 18 Februari 2014 dalam masa kampanye.

Oleh :
Atika Almira (AR'12)
Ajeng Puspita (FMIPA'13)

Rabu, 12 Februari 2014

Pengunduran Deadline, Indikasi Bakal Calon Belum Siapkan Strategi

ITB Bandung,-- Gendang dimulainya Pemira KM-ITB telah dibunyikan. Panpel Pemira KM-ITB, Kongres KM-ITB telah merasa siap untuk melaksanakan hajatan besar Kampus Gajah ini. Namun, sudahkah para kandidat Bakal Calon Ketua Kabinet KM-ITB, promotor dan tim sukses menyiapkan tim 100 % ? Adanya pengunduran deadline pengumpulan berkas merupakan indikasi, bahwa Bakal Calon Ketua Kabinet KM-ITB belum layak, bahkan untuk ditetapkan menjadi Calon Ketua Kabinet KM-ITB.

Kamis, 12 Februari 2014 pukul 16.00 adalah deadline pengumpulan berkas, untuk selanjutnya dilakukan tahap verifikasi. Namun, dari 5 orang Bakal Calon Ketua Kabinet KM-ITB, yakni Adit (FI'09), Rochenry (AE'10), Jeffry (GL'10), Yayang (STF'10), dan Bisma (AS'10), hanya 4 orang Bakal Calon Ketua Kabinet KM-ITB yang mengembalikan berkas, berikut adalah timeline pengumpulan berkas, berdasarkan official twitter @pemiraitb :
  • 15:08 Bakal calon Yayang, mengembalikan berkas, yang keempat
  • 15:04 bakal calon Rochenry, mengembalikan berkas, yang ketiga
  • 14:59 bakal calon M Jeffry Giranza mengembalikan berkas, yang kedua
  • 14:54 bakal calon Aditya Rizki Purnama mengembalikan berkas, yang pertama
Menurut Zaky Abdurrasyid Mubarak (GD'12), Kadiv Tata Cara Pemira KM-ITB, belum ada satupun dari keempat Bakal Calon Ketua Kabinet KM-ITB tersebut, yang mengumpulkan berkas secara lengkap. Jika dicek, Bakal Calon Ketua Kabinet KM-ITB yang paling lengkap berkasnya adalah Yayang.

Dampak dari tidak adanya Bakal Calon Ketua Kabinet KM-ITB yang mengumpulkan berkas pendaftaran secara tidak lengkap adalah adanya pengunduran deadline masa pengumpulan berkas, hingga hari Jumat esok. Jika sampai Jumat esok, Bakal Calon belum ada yang secara lengkap menyerahkan berkas, maka keberlangsungan Pemira akan dikembalikan lagi ke Kongres KM-ITB, jelas Zaky.

Lebih jauh lagi, adanya pengunduran deadline masa pengumpulan berkas ini, merupakan indikasi atas ketidakdisiplinan, dan ketidaksiapan Bakal Calon Ketua Kabinet KM-ITB, promotor dan tim sukses dalam mempersiapkan strategi, untuk melengkapi berkas sesuai timeline Pemira KM-ITB. Walaupun demikian, Zaky menjelaskan, "Perpanjangan masa pengumpulan berkas ini, bukan 100% kesalahan Bakal Calon, namun dari Panpelnya sendiri, memang memberikan peluang untuk adanya pengunduran deadline pengumpulan berkas".


oleh : Andrean Eka Lucianto (15111064)